Cinta Diam-Diam
Rabu, Januari 2013
Hari ini aku mengamatinya dari tempatku. Seperti biasa, dia masih
mengagumkan dimataku. Senyum manis dan
ceria berpadu satu dengan kulitnya yang putih bersih. Manakala dia bercanda,
aku ikut menyunggingkan seulas senyum. Terkadang, aku ingin tertawa lepas
bersamanya. Namun, aku terlalu malu untuk mendekatinya.
Jumat, Januari 2013
Tuhan! Hari ini aku dan dia berada dalam satu
kelompok kesenian. Awalnya, aku mencoba bersikap semanis mungkin, akan tetapi
jantungku mulai berdetak dengan cepat, keringat dingin mulai menjalari telapak
tanganku, bahkan ketika dia melontarkan lelucon, tawaku terdengar kaku dan
sumbang. Aku tidak tahu harus berbuat apa disaat seperti ini.
Ku tutup buku harian
yang telah selesai ditulis. Aku menghela nafas berat. Bahkan saat dirinya tidak
disini pun, aku masih dapat mencium aroma tubuhnya yang khas. Telingaku juga
masih terngiang oleh tawanya. Ya aku, Nami seorang siswa SMA yang cupu dan
tidak terkenal menyukai seorang siswa laki-laki yang cukup dikenal di sekolah.
Aku hanya ingin merasakan cinta masa remaja seperti layaknya remaja lain.
Siang itu aku berjalan
di tengah lapangan menuju koridor kelas. Kudapati teman-teman sepermainanku
sedang tertawa. Aku pun segera bergabung.Di sela-sela canda, aku melihatnya! ya
dia! Fido! Anak laki-laki di kelas yang aku sukai. Mendadak aku terdiam dan
menunduk. “Lho, Nami kenapa? Kok mendadak diam dan nunduk?” Rissa, salah
seorang dari temanku bertanya. “Aah, anu. Nggak ada apa-apa kok.” jawabku
gugup. “Masa sih?” nampaknya Rissa tidak terlalu mempercayaiku. Matanya liar
mencari-cari sesuatu. “Ahaa! Aku tahu kenapa” katanya dengan nada menggoda. Aku
makin menunduk, sebab Fido berjalan semakin mendekati tempat kami duduk. “Apa?”
tanyaku pelan, sembari melihat ke arah Fido. “Karna ada siii.... Fido kan?”
tanyanya. Refleks kututupi mukanya dengan buku yang aku pegang. “Nggak kok
nggak!”. “Nggak kok tapi mukanya panik gitu?” Rissa menggodaku. “Shuut, jangan
ah. Aku malu” balasku pelan. Percakapan aku dan Rissa akhirnya terputus oleh
bel tanda masuk kelas.
“Hai, Nami!” sapa Fido ketika aku berada di
kelas. “Oh, Hai!” jawabku senormal mungkin, padahal jantungku ini hampir
melonjak keluar saking senangnya. Rasa senang yang membuat kantukku hilang di
jam pelajaran terakhir.
Senin, Februari 2013
Besok kelompokku akan
mengadakan praktikum di sekolah. Dan aku sekelompok dengan Fido! Apa yang harus
kulakukan? Ya tuhan, bantu aku agar dada ini tidak berdegup kencang didekatnya.
Berikan aku kekuatan untuk dapat tersenyum tulus, untuk menyampaikan perasaan
ini tuhan…
“Namiii, laporan praktikum kita Nami aja yang
ketik ya?”. Fido berjalan ke arahku sambil menyerahkan berkas hasil praktikum.
Ku jawab ya sembari menganggukkan kepala. “Ntar smsin aku ya kalau udah siap.
Nanti kubantu Nami revisi” sambungnya lagi. “Ya Fido. Ntar ku kabarin deh ya
kalau udah”.
Kamis, Februari 2013
Hari ini Fido sms aku!
Rasanya ingin meloncat-loncat saat ini juga. Walaupun hanya sekedar menanyakan
hasil praktikum, itu adalah sms yang sangat berharga. Ingin kadang aku bertanya
tentang hal lain, akan tetapi aku tidak punya keberanian. Aku ingin sekali
mengungkapkan perasaanku kepadanya, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa.
“Nami, coba lihat kesana”. Ratih, teman
sebangkuku tiba-tiba menunjuk ke arah Fido dan Ina. “Orangnya pacaran ya?
Soalnya dari tadi Fido ngeliatin Ina sambil senyam-senyum gitu. Mana duduknya
dekat-dekatan lagi” Ratih nyerocos semantara aku hanya terpaku melihat mereka
berdua. “Ya Allah, apalagi? Kenapa mereka?!!!” batinku menjerit. "Lho,
Nami kenapa? Mukanya kaget banget?". "Nggak kok. Aku nggak papa tih.
Yuk kita kerjain aja tugasnya" ucapku pelan mengalihkan perhatian Ratih.
Saat mengerjakan soal kimia, aku samasekali tidak fokus. Sesekali kulirik Fido
dan Ina. "Semoga mereka nggak pacaran". doaku dalam hati.
Rabu
Aku tidak jadi mengatakan perasaanku pada Fido.
Hari ini aku melihat dia dan Ina duduk berdua. Tidak seperti biasanya. Aku
ingin menangis saat itu, untunglah ada Ratih di kelas sehingga aku bisa kembali
fokus. Tuhan. Aku akui aku terlalu egois mengharapkan dia, tapi aku sendiri
belum mampu mengutarakan isi hati ini. Sakit,sakit sekali di dada ini tuhan!
Tak bisakah senyumnya untukku? Tawanya?
Ku hapus airmata yang menetes. "Kuat Nami!
Kamu pasti bisa".
Hari demi haripun berlalu. Aku masih sering
mengamati Fido dan Ina dari kejauhan. Sembari aku sendiripun mengkhayalkan
seandainya aku yang disamping Fido, bukan Ina.
Selasa
Penantianku usai sudah hari ini. Terimakasih
tuhan, kini aku tahu semua rencanamu berakhir bahagia untukku.
Sore tadi, Fido datang ke rumahku dengan wajah
malu. Aku sendiri justru kaget melihatnya datang ke rumah. "Hmmm, Nam. Ada
yang ingin aku bicarain deh ke kamu" ujar Fido, setelah aku terdiam
beberapa menit. "Oh ya ya. Bicara apa? Eh masuk aja ke dalam dulu"jawabku
gugup. "Eh iya". Kini aku dan Fido duduk berhadapan.
"Sebenarnyaa....". "Sebenarnya apa Fid?" tanyaku tak sabar.
Tapi hatiku juga berdebar-debar tak karuan. "Sebenarnya, aku udah lama
suka sama kamu. Aku tahu dari Nabil kalau kamu suka ngeliatin aku. Nah, Nabil
kan dekat sama Ina jadi dia minta tolong supaya pura-pura deketin aku, hehehe.
Dan supaya aku bisa tahu kamu cemburu atau nggak. Ternyata iya kan?". Aku
bagai tersambar petir di siang bolong. Perasaanku campur aduk. Antara senang
sekaligus kesal. "Jadi selama ini?!". "Ya aku hanya pura-pura
dekat sama Ina supaya bisa tahu kamu suka atau nggak sama aku. Sekarang aku
tahu, kamu suka sama aku" jelasnya. "Nami.Mau jadi pacarku
nggak?" lanjutnya. Aku diam beberapa detik. "Please aku mohon".
Kuamati wajahnya sekali lagi, dan akhirnya akupun mengangguk. "Kamu
mau?" tanyanya lagi seolah tidak percaya. "Ya" jawabku
malu-malu.
Hari ini akhirnya aku dapat merasakan cinta
masa remaja seperti remaja lainnya. Kini hidupku terasa lebih bewarna dan penuh
semangat. Dan semua karna Fido, pacar tercintaku.
Lagi-lagi ini curhatan guys :') dengan ending yang berbeda hehe *berasa ngenes banget*. But, Happy reading and enjoy it! thanks buat yang udah baca, komentarnya di tunggu loh xD
Follow Me On Twitter : @citraayuputrii
0 komentar:
Posting Komentar